Jakarta - Moltoday.com: Transformasi digital merupakan salahsatu solusi dalam meningkatkan akses keuangan yang menjangkau kaum perempuan, kaum muda, dan UMKM guna mewujudkan pertumbuhan yang inklusif sebagai upaya mendorong pemulihan ekonomi pasca-pandemi.
Bank Dunia mencatat 1,7 miliar orang di dunia masih kesulitan mengakses layanan keuangan dasar. Hal itu disebabkan masih minimnya literasi, keterbatasan pada infrastruktur, persepsi tidak dibutuhkannya pembiayaan, informasi yang asimetris, masalah kepemilikan dokumen legal hingga keamanan siber. Hal ini mengemuka dalam seminar internasional “Digital Transformation for Financial Inclusion of Women, Youth, and MSMEs to Promote Inclusive Growth” yang diselenggarakan Kementerian Keuangan bersama Bank Indonesia (BI), Rabu (11/5/2022) secara daring dan luring bertempat di Provinsi Bali.
Seminar internasional ini merupakan kegiatan pengantar bagi penyelenggaraan 2nd Plenary Meeting of The Global Partnership for Financial Inclusion (GPFI) yang menjadi rangkaian kegiatan Presidensi G20 yang diselenggarakan mulai, Kamis 12 Mei 2022 hingga 13 Mei 2022.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo dalam sambutan pembukanya menekankan bahwa digitalisasi merupakan game changer untuk membangun akses keuangan yang lebih inklusif.
"Ada tiga langkah penting untuk mengatasi tantangan UMKM, berupa keterbatasan kemampuan ekonomi, literasi keuangan dan akses infrastruktur digital," ucaprnya.
Langkah pertama, lanjut Perry, melalui pemberdayaan ekonomi, termasuk bagi perempuan untuk menjadi pengusaha mikro. Kedua adalah peningkatan kapasitas, produktivitas, literasi dan pengelolaan keuangan melalui edukasi yang didukung inovasi dan digitalisasi proses bisnis sehingga UMKM lebih berdaya dan kompetitif. Ketiga adalah harmonisasi kebijakan.
"Antara lain, melalui dukungan BI terhadap UU Cipta Kerja yang merupakan regulasi penyederhanaaan proses perizinan dan mendukung ekosistem UMKM dan e-commerce untuk mendorong akses UMKM ke pasar domestik dan global," jelasnya.
Sementara itu, Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati dalam kesempatan yang sama menyampaikan, bahwa selama ini perempuan masih terkendala masalah jaminan, sementara lembaga pembiayaan cenderung memandang sebelah mata kaum muda, dan UMKM sulit mengakses pembiayaan.
"Kondisi ini perlu mendapat perhatian dan respons kebijakan. Digitalisasi inklusi keuangan, sebagai salah satu agenda Presidensi Indonesia G20 2022, dapat berperan banyak untuk mengatasi masalah tersebut," terangnya.
Sejalan dengan hal itu, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Ayu Bintang Darmawati juga menyampaikan, dengan populasi dan perannya yang besar di UMKM, perempuan menjadi tulang punggung pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.
"Indonesia telah memiliki berbagai program untuk meningkatkan kesetaraan gender, kewirausahaan dan keuangan inklusif antara lain melalui pelatihan kewirausahaan bagi perempuan serta desa ramah perempuan-anak dan kerangka pengaturan yang meliputi strategi nasional inklusi keuangan perempuan, serta regulasi yang mendukung wirausaha perempuan, dan peningkatan akses kredit UMKM," paparnya.
Dalam sambutan penutup, Co-chair GPFI Bank Sentral Italia, Magda Bianco menyampaikan bahwa digitalisasi telah mentranformasi kehidupan kita secara umum dan sistem keuangan secara khusus.
"Digitalisasi menjadi penolong utama di masa pandemi, membuka kesempatan luas bagi UMKM untuk inovasi produk dan jasa keuangan yang berkualitas, serta mendukung kemudahan akses, mengurangi biaya transaksi dan menjadi prasarana dalam evaluasi kelayakan kredit yang pada gilirannya akan menciptakan inklusi yang lebih luas," tutur Magda.
Diketahui, seminar hari ini telah menjadi bekal untuk memulai sidang GPFI kedua pada 12 dan 13 Mei, yang akan mendiskusikan progress penyusunan deliverables sebagai target dari Presidensi Indonesia G20 2022 di area digital financial inclusion dan SME Finance.
Turut serta sebagai narasumber seminar adalah, Senior Advisor Bank Sentral Arab Saudi, Haitham M. Al Ghulaiga, Executive Vice President, Women’s World Banking, Andy Woolnough, GM Middle East Investment Initiative, Richard Finke, Pemilik Bali Arabica Kintamani, Komang Sudarsana, Head of Division for Sustainable Economic Policy and Financial System Development, German Federal Ministry for Economic Cooperation and Development, Lucia De Carlo, Presdir Pusat Investasi Pemerinah Kementerian Keuangan RI, Ririn Kadariyah, Senior Investment Officer, Economic Empowerment Department, Islamic Development Bank, Zain Al Emam, Country Director International Fund for Agricultural Development, Ivan C Cortez serta ADG Bidang 3 sebagai penanggap utama. (A-1Red)