![]() |
Ket foto:
SATUKAN UMAT: KH Maimun Zubair saat menyampaikan tausiah dan wejangan di Apel Kebangsaan.(IST/MOLTODAY.COM)
|
Publisistik : Vand
DeVasa
Editor : VDV/Redaksi
Semarang,Moltoday.com|
Lapangan Pancasila Simpanglima bagaikan bak lautan api pada Minggu (17/3). Para
tokoh nasional hadir dan memberikan orasi kebangsaan dalam acara Apel
Kebangsaan ‘Kita Merah Putih’, juga dimeriahkan musik dan para artia.
Hadir KH Maimun Zubair, Gubernur Ganjar Pranowo. Habib Luthfi, Gus
Muwafiq, KH Munif Zuhri, Prof Mahfud MD, KH Ahmad Daroji, Uskup Rubiatmoko
(Keuskupan Agung Semarang), Pendeta Eka Laksa (PGI), Nyoman Suraharta (PHDI),
Go Boen Tjien (Matakin) dan Pujianto (Walubi).
Ganjar menyampaikan sambutannya, soal Bung Karno setelah dilantik
menjadi Presiden pertama, 18 Agustus 1945 silam.
"Soekarno sudah mengingatkan, bahwa yang menjadi ancaman bagi
Indonesia bukanlah dari luar, namun dari dalam bangsa Indonesia sendiri,"
pesannya.
Menurutnya, lihatlah bangsa Infonesia saat ini, fitnah merajalela,
hoax, maki-memaki, saling menyerang bertengkar antar kawan bahkan saudara
sedarah. Apakah fitnah dan hoax mengoyak ini akan kita biarkan? Apakah sikap
intoleran akan kita biarkan? Apakah rasa permusuhan yang merusak sendi
berbangsa akan dibiarkan? Pasti semua berkata tidak. Mari kita berdiri untuk
menjaga NKRI,” ujarnya.
Ganjar juga menyerukan untuk mengutuk keras aksi terorisme dalam
bentuk apapun, dimana pun tempat terjadinya. Mulai pembakaran motor yang ada di
Jateng, bom di rumah ibadah yang terjadi di New Zealand kemarin.
“Kami mengecam dan kita mengutuk. Dan kita tidak membalas. Karena
kita cinta akan kemanusiaan. Tapi hanya mengatakan tidak, mangutuk, dan,
mengecam tidaklah cukup. Lalu apa yang bisa kita lakukan? Mari kita jaga lisan
dan jari kita, dewasa dalam demokrasi, klarifikasi dan tambayun. Belajar pada
yang ahli, mari kita ingat kembali pesan-pesan pendiri bangsa. Mari kedepankan
penghormatan pada yanh lebih tua, saudara, kawan kita," tambahnya.
Perbedaan pendapat, kata Ganjar bukanlah malah membuat tidak
saling hormat. “Jangan hanya beda di pemilu, kita musuhan dan baku hantam.
Republik Indonesia harus abadi. Kita boleh beda tapu jangan sampai musuhan dan
terpecah belah. Kita memang berbeda agama, suku, tapi tetap hidup bersama satu
bangsa. Perbedaan lah yang mengikat kita. Bhineka Tunggal Ika adalah pegangan
kita. Mari kita rekatkan barisan kita aalah Merah Putih, Kita adalah
Indonesia,” tukasnya.
Mbah Maimun menambahkan,
warga Jateng untuk tetap bersatu dalam menjelang pilpres. Jaga toleransi dan
jangan sampai terjadi perpecahan.